Hampir setiap tahun aku jarang
mendapatkan kejutan di hari ulang tahunku. Karena aku sendiri juga cuek dengan
yang namanya ulang tahun. Dan dua minggu menjelang ulang tahunku, aku mengikuti
sebuah kompetisi menulis puisi untuk tingkat nasional, yang nantinya akan
dipilih satu peserta untuk mewakili Jawa Timur di Kota Jagung Gorontalo. Tapi
sebelumnya, semua syarat administrasi harus dipenuhi. Jika ada satu saja yang
terlewat maka peserta seleksi langsung didiskualifikasi.
Kupastikan semua syarat sudah ada di
tanganku, segera ku serahkan ke pihak panitia. Dan saat memasuki aula di salah
satu gedung pertemuan, mataku langsung terbebalalak melihat puluhan peserta
lain telah duduk menunggu waktu seleksi dimulai.
Tanpa menunggu lama, semua peserta
telah menyiapkan beberapa kertas kosong dan satu pulpen. Karena selain kedua
benda itu, benda lainnya dilarang untuk bertengger di meja termasuk ponsel.
Tema pertama adalah tentang “Kebesaran Tuhan” di tulis besar-besar di whiteboard yang ada di depan. Aku
menulisnya dengan semua kata yang muncul
di kepalaku. Selang sepuluh menit, tema kedua pun di tulis, dan selang
sepuluh menit lagi tema terakhir tentang “Ibu” telah tertulis di depan. Untuk
tema ketiga ini aku optimis bisa maksimal. Karena aku tak akan kehabisan kata
untuk merangkai kalimat tentang seorang ibu.
Setelah selesai, kertas di biarkan
di meja. Rasanya seperti mengulang ujian SMA yang tiga bulan lalu baru saja
kutaklukkan. Semua peserta disuruh ke masjid untuk menunggu sambil berdo’a dan
sekalian sholat dzuhur, kulihat arlojiku juga sudah menunjukkan pukul dua belas
siang. Setelah sholat ternyata kita semua di bagi nasi kotak, kumakan saja
karena sedari pagi belum sempat makan. Semuanya kupasrahkan pada Tuhan, aku
yakin apapun rencana Tuhan itulah yang terbaik untukku.
Tak lama, ada pengumuman untuk
peserta seleksi puisi diharap kembali memasuki ruang yang tadi menjadi balai
perang. Kulihat sekelilingku, sama sekali tak ada yang kukenal. Tak lama, salah
satu juri membuka gulungan kertas yang berisikan sebuah nama. Betapa kagetnya
ketika namaku menggema dari microphone
ke seluruh penjuru ruang. Aku masih belum percaya, ternyata Tuhan mengabulkan
apa yang kuminta.
Dan seminggu kemudian, tepat di hari
ulang tahunku 3 Oktober 2013. Aku pertama kali terbang tanpa sayap menuju
belahan bumi lain yang sebelumnya tak pernah ku tahu. Ini adalah hadiah
terindah yang pernah kudapatkan. Sebuah perjalanan paling berkesan dalam
hidupku. Betapa Tidak, aku telah dipercaya untuk mengemban sebuah misi besar
hanya karena beberapa lembar tulisanku. Memang tak ada permulaan yang mudah,
tapi ini adalah awal untuk sebuah pengalaman yang akan menjadi guru di kemudian
hari. Terima kasih Tuhan, karena telah memberi hadiah kesempatan untukku terus
belajar. Apalagi bertepatan dengan hari ulang tahunku.
Mulai detik ini, aku akan selalu
mengingat hari ulang tahunku dan terus berkarya untuk sebuah hadiah pengalaman
berharga untukku. Happy Birthday to Me. Kutunggu
kado lainnya yang pasti lebih spesial.
0 komentar:
Posting Komentar