Selasa, 03 November 2015

AKU (seribu tanya dalam diam)



Aku bertanya-tanya. Adakah yang terlalu salah dalam diriku? mencampuri urusan orang tidak pernah, mengganggu apalagi. Ketika banyak yang meragukanku dan menghakimi hanya karena melihat penampilanku, lebih baik aku menjadi kafilah yang berlalu daripada harus mendengar gonggongan anjing tak bermutu. Bukan aku kejam, tapi setiap pilihan pasti memiliki resiko dan aku tahu itu. Aku tahu, memilih diam dan berlalu bukan berarti aku bisu dan tak mau mendengar. Tapi justru karena mulutku terlalu berharga hanya untuk menanggapi ocehan sampah, dan telingaku terlalu bising hanya untuk mendengar bualan semata. Aku, tidak sanggup seperti itu.

Dulu aku selalu menjadi orang lain, memakai topeng dan berusaha untuk menyenangkan hati yang lain walau aku harus menelan pahit pegagan sekalipun, karena yang terpenting adalah aku menjadi seorang teman yang tulus. Tapi setelah aku berpikir dan menyadari, ternyata aku tidak benar-benar menjadi seorang teman yang tulus melainkan hanya seorang  munafik. Sebenarnya bukan perkara bagaimana kita bisa membahagiakan orang lain, tapi sejauh mana kita bisa bahagia dengan orang lain.

Ada yang bilang jujur saja walaupun itu pahit, memang itu sepenuhnya benar. Jika memang tak nyaman mengapa berusaha menjadi orang lain? selama aku hidup di negara berdikari dan demokrasi, selama itu pula aku bebas menentukan pilihan apa yang menurutku baik untuk diriku sendiri.

Sebenarnya, pada akhirnya perjalanan akan membawa kita dan menunjukkan siapa sebenarnya kita.

Siapalah aku? hanya manusia yang banyak dosa dengan segudang pemikiran yang kadang menjadi bulshit bagi sebagian orang. Ingin berpengaruh? tidak sama sekali. Aku hanyalah sebuah fragmen yang membutuhkan ruang untuk dapat bernapas dan menghirup udara untuk menyegaran lubang pori-pori. Terlepas dari nama "AKU" , keakuan itu sendirilah yang akan memutuskanku ingin menjadi apa.

Siapa yang tau maunya hati? hati tetaplah menjadi misteri yang paling misteri. Siapa yang tahu, kesendirian ini dapat menjelma menjadi sebuah kekuatan atau justru melemahkan seluruh persendianku dan menghalangiku berteriak, menangis, ataupun berlari. Siapa yang tahu aku? bayangan yang menjelma dibalik bayangan, topeng yang bertopeng, atau misteri yang tak terpecahkan oleh kemampuan sang detektif sekalipun.

Aku kejam, tak mau mencintai padahal hati memiliki cinta begitu dalam. Aku jahat, mengelabui perasaan dengan berjuta pemikiran logika. Aku sadis, menjelma kuat bak lelaki kekar padahal aku perempuan yang dekat dengan kelemahan. Ada apa dengan diriku? apalah arti airmata jika tak kutemukan apa-apa, apalah arti jejak langkah jika aku masih saja terus tersesat? berkali-kali terluka bukan menjadi alasan aku terkapar lebam seperti habis ditampar godam.

Aku, butuh seribu keyakinan dan alasan hanya untuk mengambil satu keputusan. Aku, adalah seribu tanya dalam diam di pelupuk hitam bayangan mata.

-Rain, 031115

0 komentar:

Posting Komentar