Kamis, 05 November 2015

Hati: Samudra Luas Tanpa Tepi





Awalnya kupikir aku adalah sebuah jiwa yang bebas melakukan apapun yang kumau. Tapi ternyata aku salah, aku adalah kumpulan fragmen dari banyak hal yang ku lihat, ku rasakan, dan kuciptakan. Aku dibentuk atau lebih tepatnya terbentuk dari penguapan oase rasa yang kuhanyutkan dalam hati. Entah itu akan mengapung, melayang, ataupun tenggelam, semua yang kulalui tak pernah menjadikan sia-sia.

Hitam dan putih, abu-abu, biru, warna-warna itu bukan hanya tercipta tanpa makna apa-apa. Ku lalui hari bersama langkah yang kuusahakan agar tak pernah berdusta. Aku harus tahu apa yang kuinginkan tanpa harus berpura-pura. Terkadang langkahku hitam bahkan lebih hitam daripada malam, kadang juga langkahku putih namun tetap tak lebih putih dari malaikat, tak jarang langkahku juga abu-abu, diselimuti keraguan dan kehampaan yang membuatku mengambang pada satu keadaan.

Aku tidak menganut paham teori tentang hidup siapapun. Buatku hidup adalah transformasi diri, yang tahu adalah hanya yang menjalani. Hidup dimanapun tak akan pernah menjadi masalah selama hati tak pernah hilang. Mengapa hati? Karena sebenarnya hati adalah denyut nadi. Semua bermula dari hati. Ketika emosi melintas dan membekas semua tergantung dari hati membiarkannya tetap terluka menganga, atau perlahan mengobatinya dan menunggu bekasnya memudar hingga menghilang.

Sebongkah hati adalah samudra luas tanpa tepi. Segala rasa tumpah ruah didalamnya, sakit, terluka, kecewa, sedih, marah, jengah dan banyak sekali emosi lainnya yang bahkan mengundang airmata untuk meleleh. Tetapi, intinya hanyalah satu, semua itu merupakan bagian dari hidup. Ketika semua merasa tak cukup untuk dibendung, hati akan memilih menjadikannya sebagai kekuatan atau justru sebaliknya menjadikan bom waktu yang akan ada masanya untuk meledak.

Aku selalu berusaha untuk mencintai diri sendiri dengan sangat dalam, karena ketika aku bisa mencintai diriku sendiri maka aku akan sangat mudah untuk berbagi cinta dengan yang lain. Setiap perjalanan, sepasang mata emitropiku tak pernah berhenti untuk memandang. Merefleksi diri, bercermin dengan yang lain, karena hidup bukan hanya tentang diriku, karena perjalanan bukan hanya mengiring langkahku, tapi juga yang lain. Tak perlu membawa selembar kertas yang berisi penuh daftar pertanyaan layaknya reporter atau jurnalis handal dengan segudang pertanyaan hebat. Aku hanya melihat semua dengan hati dan rasa. Bahkan hanya dengan intuisi sebenarnya semua orang bisa membongkar rahasia orang lain.

Hanya cinta yang akan membawa orang kembali, karena cinta menawarkan kebahagiaan mutlak jika didasari dengan awal yang benar. Dan kebenaran akan selalu terungkap, pada akhirnya.


-Rain, 051115

0 komentar:

Posting Komentar