Selasa, 03 November 2015

Fragmen




Sejenak ku terdiam, memandang lekat-lekat diriku sendiri di depan cermin. Ada guratan kerut kesedihan pada pelupuk mata dan garis bibir. Apa yang kutahu, mengapa wajahku begini? Siapa yang menipu, cermin dengan pantulanku sendiri, atau aku memiliki seribu muka yang kadang menjebak siapapun, bahkan diriku sendiri? Ini memang aneh, padahal aku mencintai diriku sendiri bukan karena jumawa dan membanggakan diri, tidak. Aku mencintai diriku sendiri karena itu memang harus. Berhati-hati terhadap setiap serangan pada hati dan pikiran. Karena perasaan adalah salah satu hal yang masih setingkat lebih rendah dari pikiran dengan logikanya, ternyata juga mampu menjadikanku limbung hingga hampir hilang arah. 

Yang seperti ini tidak bisa dibiarkan, aku adalah milikku sendiri, kendali diri, proteksi, dan penentu kebahagiaan untukku sendiri. Tentu ini tidak bisa dikatakan dengan egois, ketika arah tak lagi seperti yang seharusnya, maka kendali diri harus berperan aktif mengembalikan arah. Begitu juga denga perasaan yang juga dapat mempengaruhi kinerja pikiran dalam mengambil langkah, maka proteksi harus mengambil andil dalam memilih perasaan apa yang layak untuk diperjuangkan, dan kebahagiaan haruslah selalu diperjuangkan.

Seperti fragmen yang tak bisa disentuh, melayang-layang, lalu menguap, lindap menjadi bayang-bayang tanpa arah. Betapa rasa sendiri pada ruang batas itu sama sekali membosankan dan sungguh menyebalkan. Bagaimana aku memberikan pertahanan untuk jiwa kesepian yang bahkan seseorang yang sempat kupercaya untuk berbagi pun telah membuatku lagi-lagi memilih untuk mundur dan berusaha damai dengan diri sendiri.

Tapi ini juga bukan hanya tetang diriku saja, tak akan pernah mungkin mencintai sekaligus menjadi bijak. Aku tidak mendengarkan bualan yang hanya menguap dengan aroma pemanis buatan. Ketika aku berpikir, maka disitulah letak kesadaranku sesungguhnya. Dan mungkin dengan begini adalah satu-satunya cara untukku dapat tetap bertahan.

-Rain, 031115

0 komentar:

Posting Komentar